#jack, medan
Usai menggelar rapat pemantapan dan meninjau potensi wisata empat desa di Bukit Lawang, Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah melanjutkan perjalanan ke Tangkahan dengan agenda Rapat Pemantapan Rencana Kerja Pengembangan Potensi Pariwisata Tangkahan, Senin (17/1/2022).
Perjalanan dilakukan dengan mengambil jalur alternatif Bukit Lawang – Tangkahan sepanjang kurang lebih 23 kilometer. Jalur alternatif ini telah diprogramkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut untuk dimuluskan di tahun 2022.
Selama perjalanan, Wagub Sumut yang akrab disapa Ijeck ini terlihat beberapa kali berhenti untuk melihat kondisi ruas jalan dan jembatan di antaranya jembatan Bandar Pulo. Ia juga menyempatkan diri mengunjungi potensi wisata di Desa Sei Musam, pohon besar yang berada di Batu Rongring.
Sampai di Tangkahan, Ijeck disambut atraksi unggulan Desa Sei Serdang, Jaran Kepang dan langsung melanjutkan rapat pemantapan rencana kerja pengembangan Tangkahan di Green Lodge, Desa Namo Sialang, Tangkahan.
Hadir dalam rapat Sekda Kabupaten Langkat Indra Salahuddin, Kepala Bappeda Kabupaten Langkat Rina W Marpaung, Anggota DPRD Sumut Doddy Taher dan Edi Suratman, Dewan Riset dan Inovasi Sumut Tohar Suhartono dan Solahuddin, Kadis Pariwisata Sumut Zumri Sulthony, Kadis Kehutanan Sumut Herianto, Kadis Pemdes Sumut Hendra Dermawan, Camat Batang Serangan yang juga Plt Kepala Desa Namo Sialang Ari Ramadhani, Kepala Desa Sei Serdang Perganinta Sembiring, Wakil Direktur Bidang Akademik Politeknik Pariwisata Medan Femmy I Dalimunthe dan perwakilan masyarakat Tangkahan.
Ijeck dalam rapat tersebut menyampaikan pengembangan Tangkahan tidak akan bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah. Masyarakat harus siap ambil bagian agar rencana ini berhasil dan menjadi lokasi wisata yang aman, nyaman dan mengundang orang untuk datang dan kembali lagi. “Program pembangunan ini sudah terencana semuanya baik itu infrastruktur jalan, jembatan dan sarana prasarana lainnya. Bahkan pendampingan juga sudah kita siapkan untuk masyarakat bekerja sama dengan Poltekpar Medan dan USU. Pendampingan agar masyarakat sadar wisata hingga pendampingan pengelolaan potensi wisatanya. Saya yakin dengan antusias masyarakat program ini akan berhasil,” ujarnya.
Masyarakat, lanjut Ijeck, harus sadar kalau desanya adalah desa wisata yang harus memberikan rasa aman, nyaman dan mau orang berulang kali datang. Ia juga mengapresiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Langkat yang merespons cepat dan DPRD Sumut yang mendukung anggaran yang disiapkan Pemerintah Provinsi Sumut.
Selain itu, lanjut Ijeck, Pemkab Langkat dan perangkat desa juga harus menyiapkan rencana tata ruang pembangunan di tingkat desa agar tertata rapi dan berwawasan masa depan untuk menjaga kesinambungan dan menjamin kelestarian lingkungan. “Rencana tata ruang itu penting, tidak bisa dalam pembangunan itu sporadis harus direncanakan jangka pendek hingga jangka panjang dan berkesinambungan. Saya berharap Pemerintah Kabupaten Langkat segera menyusun mana-mana daerah wisata yang mau kita dorong bahkan ini nantinya bisa menjadi Perda untuk bisa diterapkan di daerah lain tentunya,” ujarnya.
Selain kabupaten, desa juga diharap Ijeck melakukan hal yang sama. “Desa harus menyiapkan tata ruang desanya untuk mengatur pembangunan tempat wisata, misalnya pembangunan hotel, warung dan bangunan lainnya agar tidak menutupi spot-spot wisata alamnya sendiri. Silakan saja berinovasi,” katanya.
Dalam waktu dekat, tambahnya, jalan tol Binjai – Stabat akan dibuka dan berlanjut ke Tanjung Pura – Pangkalan Brandan hingga ke Langsa Aceh. “Kehadiran jalan tol ini potensi yang sangat baik buat kita khususnya untuk perkembangan wisata di Tangkahan. Maka, kita harus sudah mulai bersiap, jangan sampai terlambat. Buat peraturan desa terkait lahan, jangan nanti banyak orang dari luar yang membeli tanah akhirnya kita jadi penonton, jadi pembantu di rumah sendiri. Ini harus disiapkan,” ujar Ijeck.
Sementara itu, Kepala Bappeda Langkat Rina W Marpaung menambahkan ada tiga desa wisata yang ingin dikembangkan untuk pengembangan Tangkahan. Di antaranya Desa Sei Musam yang memiliki potensi wisata alam diantaranya pohon keramat/besar, water cannon, air panas glugur, air terjun 27 tingkat, madu, goa kelelawar dan lainnya.
Selanjutnya Desa Namo Sialang yang memiliki 10 hektare lahan kebun durian, kerajinan rotan, penangkaran gajah, pohon sakral, pemandiam air panas dan air terjun, kerajinan kriya dan rumbia, tanaman/kebun herbal, English Club dan lainnya. Terakhir Desa Sei Serdang dengan potensi wisata budaya Jaran Kepang, kebun tebu, kerajinan tepas dan lidi, Kuliner Khas Karo, kebun nanas dan lainnya. “Konsep yang diterapkan di Tangkahan adalah ekowisata yang mengutamakan aspek konservasi alam, pembelajaran, partisipatif serta mendukung pemberdayaan sosial, budaya dan penggerak ekonomi masyarakat lokal. Skema Balkondes juga akan dilakukan dengan didampingi BUMN dan BUMS sekitar,” katanya.
Sekda Langkat Indra Salahuddin menambahkan pihaknya tengah memproses pembebasan lahan 2,5 hektare yang nantinya akan dijadikan area sarana dan prasarana untuk mendukung Pariwisata Tangkahan. “Lahan itu nanti akan dijadikan gapura, toilet, kios kuliner, tourism information center, taman bermain dan lainnya,” ujarnya.
Lanjutnya, untuk infrastruktur jalan di desa, pihaknya telah memerintahkan perangkat desa mengalokasikan anggaran desa untuk membangun jalan-jalan desa khususnya ke lokasi-lokasi wisata. “Masing-masing punya porsi, ketiga desa ini juga sudah kami sampaikan untuk mengalokasikan dana desanya ke pembangunan jalan-jalan kecil di dalam desa tersebut untuk menuju lokasi-lokasi wisata,” ujarnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Sumut Doddy Taher menyampaikan pemerintah dan masyarakat harus serius, karena anggaran Rp268 miliar untuk pembangunan Pariwisata Langkat telah disetujui. “Saya minta keseriusan dari semua pihak, Pak Wagub ini gak main-main. Pemkab kasih pelatihan pendampingan untuk masyarakat agar lebih siap,” ujarnya.***